BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bimbingan
dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal,
dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK
Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan
dan konseling merupakan upaya proaktif
dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan
perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses
interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang
penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah
dan memperbaiki perilaku.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Mampu memahami permasalahan yang
dihadapi konseli
2.
Memberikan penangan yang sesuai kepada
konseli
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
Pengertian
Gangguan Bahasa
Kata
bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti lidah. Awalnya
pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya digunakan sebagai
bentuk sistem konvensional dari simbol-simbol yang dipakai dalam komunikasi.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, bahasa
didefinisikan sebagai : suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu anggota
masyarakat untuk bekerja bersama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.Terdapat perbedaan
mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan
ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa berarti
menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan
salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti
apa yang dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau
auditorik.
Gangguan
bahasa adalah gangguan bicara di mana bunyi bahasa (yang disebut fonem) tidak
mampu diucapkan, atau tidak diucapkan dengan benar, atau tidak digunakan secara
benar oleh penutur ibu bahasa bersangkutan. Gangguan ini dapat terjadi baik
pada anak kecil maupun orang dewasa.
B.
Penyebab
Gangguan Bahasa pada Anak
Gangguan
berbahasa dapat berupa keterlambatan berbicara. Keterlambatan perkembangan
berbicara yang paling sederhana adalah keterlambatan perkembangan bahasa anak
di bawah umur. Gejala keterlambatan yang muncul apabila anak berumur 10 bulan
belum dapat mengoceh dan 18 bulan belum menguasai kata “ papa “ dan “ mama “
atau 2 tahun belum dapat merangkai kalimat dari dua kata atau bicaranya tidak
dapat dimengerti oleh orang tuanya atau tidak mengerti apa yang dikatakan
kepada anak itu.
1) Faktor
Internal
a. Faktor
Keturunan (konginetal)
Gangguan bahasa pada bayi bisa disebabkan oleh
faktor keturunan. Gangguan ini bisa dikarenakan, retardasai mental, ketulian,
gangguan saraf, cacat pada alat bicara seperti pada lidah, gigi, bibir,
langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena gangguan perkembangan bicara,
seperti gagap dan gangguan saraf-saraf motorik.
b. Gangguan
pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran
berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan
pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan
menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena
adanya infeksi telinga. Anak dengan gangguan pendengaran biasanya ia tidak akan
memberi respons terhadap bunyi-bunyian yang ada di sekitarnya. Gangguan
pendengaran bisa menyebabkan anak mengalami hambatan pula dalam memahami,
meniru dan menggunakan bahasa. Sebaiknya bawa segera anak ke dokter spesialis
THT siapa tahu ada infeksi dengan telinganya.
c. Gangguan
bicara yang didapat
Gangguan yang didapat adalah gangguan bicara yang
diakibatkan penyakit. Bisa juga karena infeksi pada otak pasca trauma kepala,
kanker otak, gangguan aliran darah ke otak, serta kelumpuhan saraf yang
menggerakkan otot bicara, seperti polio dan tumor otak.
d. Faktor kejiwaan seperti penyakit autisme
Untuk anak autisme, perlu latihan. Pada tahap awal,
stimulasi dengan kontak dengan matanya. Karena pada anak autisme tidak mau
melakukan kontak mata dengan lawan bicara.
2) Faktor
Eksternal
Yang
dimaksud dengan akibat faktor lingkungan adalah terasingnya seorang anak
manusia, yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan
manusia. Keterasingannya bisa disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja
(sebagai eksperimen) bisa juga karena hidup bukan dalam alam lingkungan
manusia.
C.
Tanda-tanda
Anak Mengalami Gangguan Bahasa
·
Sampai dengan usia 10 minggu, anak tidak
mau tersenyum sosial.
·
Pada usia 3 bulan, anak tidak
mengeluarkan suara sebagai jawaban.
·
Pada usia 6 bulan, anak tidak mampu
memalingkan mata dan kepalanya terhadap suara yang datang dari belakang atau
sampingnya.
·
Sampai dengan usia 8 bulan, anak tidak
ada perhatian terhadap lingkungan sekitarnya.
·
Pada usia 10 bulan, anak tidak memberi
reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
·
Pada usia 15 bulan, anak tidak
berbicara, tidak mengerti dan memberikan reaksi terhadap kata-kata jangan,
dadah dan sebagainya.
·
Pada usia 18 bulan, anak tidak dapat
menyebutkan 10 kata tunggal.
·
Sampai usia 20 bulan, anak tidak mengucapkan
3-4 kata.
·
Pada usia 21 bulan, anak tidak
memberikan reaksi terhadap perintah (misal: duduk, kemari, berdiri).
·
Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat
menyebutkan bagian-bagian tubuh dan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang
terdiri dari 2 kata.
·
Setelah usia 24 bulan, anak hanya
memiliki perbendaharaan kata yang sangat sedikit atau tidak memiliki kata-kata
huruf z pada frase.
·
Pada usia 30 bulan, ucapan anak tidak
dapat dimengerti oleh anggota
keluarganya.
·
Pada usia 36 bulan, anak belum dapat
menggunakan kalimat-kalimat sederhana, belum dapat bertanya dengan menggunakan
kalimat tanya yang sederhana, dan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh orang
di luar keluarganya.
·
Pada usia 3,5 tahun, anak selalu gagal
untuk menyebutkan kata akhir (misalnya ‘ca’ untuk cat, ‘ba’ untuk ban, dan
lain-lain).
·
Setelah usia 4 tahun, anak berbicara
dengan tidak lancar (gagap).
·
Setelah usia 7 tahun, anak masih suka
melakukan kesalahan dalam pengucapan.
·
Pada usia berapa saja terdapat
hipernasalitas atau hiponasalitas (sengau atau bindeng) yang nyata atau
memiliki suara yang monoton tanpa berhenti, sangat keras, tidak dapat didengar,
dan secara terus-menerus memperdengarkan suara serak.
BAB
III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Analisis
1. Identitas
Anak
Nama
Lengkap : Duwi Indra Wijaya
Nama
Panggilan : Duwi
Tempat
tanggal lahir : Samarinda, 5
Oktober 2008
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Damanhuri
no. 37 rt. 20
Agama : Islam
Anak
ke : 1
2. Identitas
Orangtua
a. Ayah
Nama : Imam Turmudi
Tempat
tanggal lahir : Blitar, 07 Maret
1961
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Damanhuri
no. 37 rt. 20
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
sederajat
b. Ibu
Nama :Suprianah
Tempat
tanggal lahir : Blitar, 26
November 1961
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Damanhuri
no. 37 rt. 20
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
sederajat
B.
Sintesis
Berdasarkan
analisis, dan observasi yang konselor lakukan. Dapat ditarik sintesis bahwa
duwi mengalami gangguan bahasa. Dari pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan
oleh konselor kepada Duwi, Orangtua kepada Duwi, maupun percakapan yang
dilakukan Duwi dengan teman sepantarannya serta orang lain yang berbicara
padanya, Duwi mengerti semua ucapan yang dilontarkan oleh lawan bicaranya.
Namun Duwi mengalami kesulitan ketika harus menjawab pertanyaan, atau membalas
pembicaraan lawan bicaranya. Kata-kata yang diucapkan Duwi terdengar berbeda
dengan bunyi bahasa kata yang seharusnya diucapkan. Suara Duwi terdengar sengau
ketika berbicara padahal dia dalam keadaan sehat dan tidak sedang mengidap
penyakit flu dan sebagainya.
C. Diagnosis
Berdasarkan sintesis dan observasi
yang dilakukan konselor terhadap keseharian Duwi dirumah. Yang menjadi penyebab
utama Duwi mengalami gangguan bahasa adalah:
1.
Faktor Keluarga
Orangtua
Duwi yang terlihat kurang aktif dalam menjalin komunikasi dengannya terlebih
lagi ayahnya, mengakibatkan Duwi sedikit sekali berbicara. Kecuali orangtuanya
menanyakan sesuatu kepada Duwi barulah Duwi akan berbicara.
2. Faktor
sosial
Selain
itu lingkungan sosial dimana Duwi tinggal terlalu individualis. Mengakibatkan
Duwi tidak banyak berbicara dengan orang-orang disekitarnya. Kecuali jika ada
teman-teman dari orangtuanya yang berkunjung kerumah barulah Duwi berbicara
dengan oranglain selain dengan ayah dan ibunya.
D.
Prognosis
Langkah
awal yang dilakukan oleh konselor kepada Duwi adalah mengajak Duwi untuk
berbicara lebih banyak. Pada awalnya, banyak kata-kata yang tidak dimengerti
oleh konselor. Namun dengan seringnya intensitas konselor berkomunikasi dengan
Duwi, konselor dapat memahami apa yang dikatakan oleh Duwi walaupun masih
banyak kata-kata yang diucapkan Duwi yang terdengar tidak jelas dan sengau.
Selain
itu konselor juga mengajak orangtua Duwi agar terlibat lebih aktif dalam
menjalin komunikasi dengan Duwi. Konselor mengajak orangtua Duwi dan Duwi
berbincang-bincang dalam suatu pembicaraan yang melibatkan partisipasi aktif
dari Duwi dan kedua orangtuanya.
E.
Treatment
Penanganan
lebih lanjut yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan bahasa yang dialami
Duwi adalah dengan cara:
1. Terapi
Bicara
Terapi bicara dapat dilakukan oleh kedua orangtua
Duwi maupun orang-orang yang berada disekitar Duwi. Orang-orang disekitar Duwi
harus terlibat secara intens berbicara dan berkomunikasi dengan Duwi. Hal yang
demikian merupakan stimulus agar Duwi lebih sering berbicara sehingga secara
perlahan memperbaiki kata-kata Duwi. Orangtua sebaiknya juga jangan segan untuk
memperbaiki kata-kata Duwi dengan cara mengulang-ulang.
2. Memasukan
Duwi ke sekolah
Hal ini dapat dilakukan untuk mendukung proses
komunikasi Duwi yang lebih luas lagi.
Selain
itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua Duwi dalam menangani
gangguan perkembangan bahasa Duwi, antara lain:
1) Jalinlah
komunikasi dengan dihiasi oleh senyum orangtua, pelukan, dan perhatian. Dengan
demikian anak akan termotivasi untuk
berusaha memberikan responnya.
2) Tunjukkanlah
selalu kasih sayang melalui peluk-cium, dan kehangatan yang bisa dirasakan
melalui intonasi suara Dengan demikian, orangtua dapat menstimulasi terjalinnya
ikatan emosional yang erat antara orangtua dengan anak sekaligus membesarkan
hatinya.
3) Selama
menjalin komunikasi dengan anak, jangan lupa untuk melakukan kontak mata secara
intensif karena dari pandangan mata tersebutlah anak bisa merasakan perhatian,
kasih sayang, cinta, dan pengertian. Jika sedang bicara, tataplah mata anak dan
jangan malah membelakanginya
4) Untuk bisa berbicara, seorang anak perlu
latihan mekanisme berbicara melalui latihan gerakan mulut, lidah, bibir.
Sebenarnya, aktivitas menghisap, menjilat, menyemburkan gelembung dan mengunyah
merupakan kemampuan yang diperlukan. Oleh sebab itu, latihlah anak, baik dengan
permainan maupun dengan makanan.
5) Sering-seringlah
menyanyikan lagu untuk anak dengan lagu-lagu anak-anak yang sederhana dan lucu,
secara berulang dengan penekanan pada ritme dan pengucapannya. Bernyanyilah
dengan diselingi permainan-permainan yang bernada serta menarik. Jadi, luangkan
lah waktu orangtua untuk terlibat dalam kegiatan menarik seperti itu agar
kemampuan bicara dan berbahasa anak lebih berkembang.
6) Salah
satu cara seorang anak berkomunikasi di usia ini adalah melalui tertawa. Oleh
sebab itu, sering-seringlah bercanda dengan anak, tertawa, membuat suara-suara
dan ekspresi lucu agar kemampuan komunikasi dan interaksinya meningkat dan
mendorong tumbuhnya kemampuan bahasa dan bicara.
7) Jadilah
model yang baik untuk anak terutama pada masa ini lah mereka mulai belajar
meniru kata-kata yang didengarnya dan mengucapkannya kembali. Ucapkan kata-kata
dan kalimat Anda secara perlahan, jelas dengan disertai tindakan (agar anak
tahu artinya atau korelasinya antara kata yang orangtua ucapkan dengan tindakan
kongkritnya), dan jangan lupa, bahasa tubuh dan ekspresi wajah orangtua juga
harus pas.
8) Kadang-kadang,
ikutilah gumaman anak, namun, orangtua juga perlu mengucapkan kata secara
benar. Jika suatu saat ia berhasil mengucapkan suatu suku kata atau kata dengan
benar, berilah pujian yang disertai dengan pelukan, ciuman, tepuk tangan..dan
sampaikan pada anak, “betapa pandainya dia”.
9) Jika
mengucapkan sebuah kata, sertailah dengan penjelasan artinya. Lakukan hal ini
terus menerus meski tidak semua dimengertinya. Penjelasan bisa dilakukan misal
dengan menunjukkan gambar, gerakan, sikap tubuh, atau pun ekspresi.
10) Sering-seringlah
membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun sarat dengan cerita yang
menarik untuk anak dan gambar serta warna yang “eye catching”. Tunjukkan
obyek-obyek yang terlihat di buku, sebutkan namanya, jelaskan apa yang sedang
dilakukannya, bagaimana jalan ceritanya. Minta lah pada anak untuk mengulang
nama yang orangtua sebutkan, dan jangan lupa, berilah pujian jika ia berhasil
mengingat dan mengulang nama yang orangtua sebutkan.
11) Jika
sedang bersama anak, sebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk pada setiap
obyek yang dilihat anak.
12) Orangtua
mulai bisa mengenalkan dengan angka dengan kegiatan seperti menghitung
benda-benda sederhana yang sedang dibuat permainan. Lakukan itu dalam suasana
yang santai dan nyaman agar anak tidak merasa ada tekanan keharusan untuk
menguasai kemampuan itu.
13) Janganlah
menyetarakan perkembangan anak Anda dengan anak-anak lainnya karena tiap anak
mempunyai dan mengalami hambatan yang berbeda-beda.
14) Pada
usia ini, anak Anda akan lebih senang bercakap-cakap dengan anak-anak seusianya
dari pada dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan baik jika ia banyak
dikenalkan dengan anak-anak seusianya dan dilibatkan pada lingkungan sosial
yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial dan berkomunikasinya.
15) Hindari
sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara langsung, karena itu
akan membuatnya malu dan malah bisa mematahkan semangatnya untuk belajar dan
berusaha. Orangtua bisa mengulangi kata-kata tersebut secara jelas seolah sedang
mengkonfirmasi apa yang dimaksudkan anak. Dengan demikian, anak akan memahami
kesalahannya tanpa merasa harus malu.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Simpulan
Gangguan
berbahasa dapat berupa keterlambatan berbicara. Keterlambatan bicara ini bisa
diketahui apabila anak tersebut berusia 10 bulan sampai 2 tahun yang tidak
dapat berbicara kata-kata simple seperti “mama” atau “papa”. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor interna dan eksternal seperti keturunan dan
lingkungan sosial mereka sendiri. Gangguan bahasa bisa berupa afasia dan gagap.
Peran orangtua sangatlah berpengaruh apabila anak mereka mengalami gangguan
bahasa ini. Orang tua harus mengetahui perkembangan bahasa anaknya karena jika
merek menemukan adanya gangguan bahasa pada anaknya, anak tersebut langsung
bias tertangani secara cepat.
B.
Saran
Orangtua
harus intens terlibat dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jangan
ragu untuk mencari informasi jika ada suatu hal yang berbeda dari pertumbuhan
atau perkembangan yang dialami oleh anak.
Daftar Pustaka
Bauman-Waengler,
Jacqueline (2004). Articulatory and Phonological Impairments : A
Clinical Focus (2cd ed). Pearson (Boston).
Secord,
Wayne A., Boyce, Suzanne E., Donahue, JoAnn S., Fox, Robert A., and Shine,
Rchiard E. (2007). Eliciting Sounds : Techniques and Strategies for
Clinicians (2cd ed). Thompson Delmar Learning.
Justice,
Laura M. (2006). Communication Science and Disorders : An Introduction.
Pearson Merril Printice Hall.
Shriberg, Lawrence D., and Kent, Raymond D. (2003).
Clinical Phonetics (3rd ed). Allyn and Bacon (Boston).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar