BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan awal
bagi anak sebelum memasuki sekolah dasar. Oleh sebab itu kesuksesan pendidikan
anak di TK cenderung berpengaruh pada pendidikan anak selanjutnya. Anak yang
pertumbuhan dan perkembangannya mengalami gangguan dan hambatan mengakibatkan timbulnya
masalah pada periode perkembangan selanjutnya. Pengalaman pada masa anak
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak periode selanjutnya, terutama
pada masa sekolah dasar.
Anak TK yang sedang berkembang sering berhadapan
dengan berbagai hal, seperti perubahan dari suasana rumah yang serba dimanja
dan relatif bebas ke suasana sekolah yang relatif beraturan. Anak yang sering
dimanja oleh orang tuanya dan tidak dijinkan keluar rumah biasanya cenderung
susah bersosialisasi dengan teman-temannya karena anak tidak dibebaskan untuk
bermain dengan temannya., dampaknya akan
menjadi anak yang tidak percaya diri ketika berada dilingkungan luar rumah.
Dengan kata lain anak akan menjadi pribadi yang pemalu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat rumusan
masalah yaitu : " Bagaimana menangani anak penakut?"
BAB II
DASAR
TEORI
A.
Pengertian Anak Pemalu
Pemalu adalah sifat yang
pasif, dimana anak yang pemalu itu memiliki motorik dan kognitif yang
kurang/diam. Pemalu merupakan kelaianan perilaku yang jelas asal usulnya,
gangguan perilaku tersebut terkombinasi dengan sifat-sifat tertentu seperti
diam, tidak mau bertanya apa-apa.
Menurut para ahli bahwa
pemalu adalah gangguan yang mempunyai cirri-ciri yang monoton, yang biasanya
mengalami kesukaran dalam berkomunikasi dan berprilaku. Menurut Kagan (dalam
Berk,2000), pada anak pemalu, stimulus baru secara cepat membangkitkan anygdala
(struktur otak dalam atau inner brain structure yang mengontrol reaksi
menghindar) dan hubungannya dengan cerebal cortex dan system saraf simpatis,
yang membuat tubuh bersiap-siap untuk bertindak menhadapi ancaman.
Anak yan peamalu serin
mempunyai pengalaman yang kurang dalam keterampilan sosial. Mereka kurang
menunjukkan minat terhadap orang lain, tidak melakukan dan menerima komunikasi,
atau menunjukkan simpati dan perhatian terhadap orang lain. Banyak anak pemalu
tidak berpartisipasi disekolah atau dalam lingkungan tetapi tindakannya di
rumah berbeda sekali. Situasi dapat menjadi lebih serius jika dirumah anak
ternyata pemalu juga (Schaefer & millman, 1981).
B.
Karakteristik Anak Pemalu
1.
Anak akan menjadi pendiam
2.
Interaksi dengan lingkungan kurang
3.
Sulit mengemukakan pendapat orang lain
4.
Anak cenderung menutup diri
5.
Tidak suka melakukan tugas yang diberikan karena takut salah
C.
Penyebab Anak Pemalu
1.
Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.
2.
Masa Kanak-kanak Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.
3.
Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.
4.
Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.
5.
Pandangan Orang Lain
Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu
Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Analis
1.
Identitas siswa
Nama :
Ikhwan Dzaky Ramadhany
TTL : Samarinda, 02 september 2009
Sekolah :
PAUD KASIH BUNDA
Jenis kelamin :
Laki – laki
Agama :
Islam
Alamat :
L 3 blok B desa bangun rejo kec.tenggarong seberang
Kelas :
A
Anak :
pertama
2.
Identitas orang tua
a.
Ayah Kandung
Nama Ayah :
Muh. Asri
Agama : islam
Pekerjaan : Swasta
b.
Ibu Kandung
Nama Ibu :
Siti Sarifah
Agama :
islam
Pekerjaan :
ibu rumah tangga
3.
Riwayat Anak
a.
Riwayat kelahiran
Umur
kandungan saat lahir : 9 bulan
Saat kelahiran dengan cara : normal
Tempat kelahiran : di
bidan
Ditolong oleh : bidan
Berat bayi : 2.8
kg
b.
Riwayat Pendidikan
Masuk TK Umur :
3 Tahun
Kesulitan
Anak : pemalu ( pada saat disekolah anak
tidak mau berkomunikasi dengan teman-temanya , apabila bunda bertanya ia hanya
menjawab dengan menggeleng atau mengganguk saja tanpa mengeluarkan suara.
Sikap
anak terhadap guru : baik
B.
Sintesis
Dari hasil pengamatan,
penulis menyimpulkan bahwa ikhwan ini mengalami keterlambatan untuk berkmbang
dan ikhwan ini juga mengalami kekukarangan asi dikarnakan pada usia 1tahun
ibunya hamil lagi sehingga dia kurang berkomunikasi dengan ibunya, dan dari hasil
data yang diperoleh ikhwan ini dari kecilnya hanya terbiasa berkumpul dengan
keluarga terdekatnya, dan ikhwan ini juga hanya mau berdiam diri dirumah
sehingga menjadi dia pemalu pada orang-orang yang ada disekelilinnya
C.
Diagnosis
Berdasarkan
sistesis diatas, dapat penulis mendiagnosis faktor dari pemalu yang
dialami oleh ikhwan ada beberapa faktor yaitu ;
1.
Faktor psikis
Dilihat dari segi psikologis yaitu bahwa ikhwan itu menjadi
pemalu cenderung kurang berinterasksi dengan teman-temannya atau dengan
lingkungan sekitarnya, akibatnya anak pada waktu bertemu orang lain merasa malu
dan takut.
2.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang
menyebabkan ikhwan pemalu yaitu kurang
baiknya dilingkungan sekitar rumahnya. Sehingga mengakibatkan ikhwan menjadi
pemalu.
3.
Faktor emosional
Anak yang emosionalnya tidak
stabil sulit untuk berkonsentrasi dan berfikir logis, tidak mampu memotivasu
dirinya untuk tetap focus pada aktivitasnya serta tidak mampu membina hubungan
yang harmonis dengan lingkungan dimana ia berada.
D.
Praknosis (Langkah Awal )
Ada beberapa langkah yang dilakukan penulis yaitu
mencoba melakukan Pendekatan terhadap anak pemalu : .
a.
Menciptakan rasa aman dan rasa mencintai dalam diri seorang
anak yang memiliki sifat pemalu, karena anak pemalu biasanya sering merasa
tidak aman dan takut.
b.
Jangan memanggilnya dengan sebutan “Pemalu”. Anak tersebut
mungkin akan menolak julukan yang Anda berikan tersebut dengan melakukan
hal-hal yang tidak diharapkan.
c.
Hindarilah memaksa anak yang pemalu untuk berbicara dalam
suatu kelompok yang besar. Anak yang
agak pendiam biasanya akan merasa lebih bebas untuk berbicara dalam kelompok
yang kecil dimana setiap anak bisa bebas berpartisipasi.
d.
Doronglah anak-anak dalam kelas untuk membantu satu sama lain
agar anak-anak termasuk yang pemalu merasa penting dan diterima. Hal ini akan
berjalan dengan baik bila guru dapat memberi contoh dan teladan yang baik.
e.
Ciptakan suasana dimana anak yang pemalu mempunyai kesempatan
untuk berhasil mengekspresikan diri mereka sendiri secara pribadi walaupun
dalam dalam kelompok yang kecil.
f.
Doronglah anak untuk mengatakan hal-hal yang mereka sukai dan
inginkan.
g.
Tanyailah secara langsung anak yang pemalu tersebut dengan
pertanyaan pertanyaan yang bisa ia jawab dengan tepat. Anak tersebut mungkin
hanya dapat menjawab dengan jawaban yang singkat. Tetapi setiap ungkapan
keberhasilan akan membangun rasa diterima dan aman.
h.
Pastikan bahwa anak yang pemalu menerima perhatian dan
dorongan Anda secara pribadi, tanpa membuat menjadi mereka merasa “diawasi”.
E.
Treatmen
Hal – hal yang dapat
dilakukan untuk membantu anak didik yang memiliki sifat pemalu adalah (Schaefer
& millman, 1981).
1.
Mendukung dan memberi Reward
terhadap Sosialisasi yang dilakukan Anak.
Salah satu cara me-reward
perilaku anak adalah dengan memberinya beberapa point atau gambar bintang dalam
sebuah buku khusus untuk reward agar tertarik untuk melakukan sosialisasi.
System poin hendaknya disusun sehingga perilaku yang lebih sulit (misalnya,
berbicara dengan beberapa teman ) mendapat point yang lebih besar daripada
perilaku yang lebih mudah (misalnya, hanya bicara dengan satu teman). Poin
dapat ditukarkan dengan sesuatu yang menyenagkan bagi anak, misalnya pensil
atau stiker. Satu hal yang perlu guru ingat, reward-lah sekecil apapun langkah
yang dibuat anak.
2.
Mendukung Kepercayaan diri
dan Sikap yang Wajar
Anak sebaiknya didukung dan
dipuji untuk kepercayaan dirinya dan tindakannya yang wajar. Ajari anak untuk
menjadi dirinya sendiri dan mengekspresiakan pendapatnya secara terbuka.
3.
Menyediakan Suasana yang
Hangat dan Penuh Penerimaan
Perbolehkan anak untuk
mengatakan “tidak “ untuk situasi di mana ia boleh memilih. Hargai kemandirian
anak, dengan demikian anak dapat merasa bahwa mereka diterima, bahkan jika
mereka tidak setuju denagn anda. Anak akan merasa disayang dan aman ketika
mereka dihargai walau apapun pendapat mereka. Ajari anakbahwa mereka adalah
bagian dari komunikasi kelas, oleh karena itu mereka dapat mencari dukungan
kapan pun mereka perlu tanpa rasa malu.
4.
Melatih Keterampilan Sosial
pada Anak
Latihan keterampilann sosial
dapat dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu langkah instruksi, umpan balik,
pengulangan perilaku, dan modeling instruksi terdiri dari petunjuk kepada anak
tentang cara spesifik atau khusus untuk berhubungan dengan orang lain.
5.
Menyediakan Agen Sosialisasi
untuk Anak
Anda sebaiknya memangsangkan
satu atau dua orang teman yang memungkinkan untuk menjadi teman bermain bagi
anak yang pemalu. Selanjutnya, perkenalkan anak untuk bermain dalam kelompok
yang lebih besar.
6.
Membuat Kegiatan yang
Merangsang Anak Untuk Berinteraksi
Anak yang kurang komunikasi
dapat didoron untuk berkomunikasi melalui gambar karena umumnya anak lebih
senang mendiskusikan gambar. Selain iti, rancanglah
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari berbagai uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan
bahwa anak tersebut mengalami rasa malu yang muncul karena bebrapa factor.
Karena apapun usaha yang dilakukan, sebaiknya orangtua tetap mendampingi dan
tidak langsung melepaskan anak seorang diri.
Kami selaku penulis juga telah memberi berbagai arahan serta
bimbingan sehubungan dengan masalah anak tersebut melalui berbagai treatment
dan metode. Apapun yang kami berikan adalah semata-mata ingin membagi ilmu kami
berkaitan dengan pelayanan terhadap kesulitan siswa.
B.
Saran
1
Saran penulis kepada pembaca laporan ini agar diambil nilai
positifnya saja, karena penulis sadar akan kekurangan dan kelemahan dalam
menguraikan kata-kata atau kalimat.
2
Penulis juga mohon masukan dan kritikan jika ada yang kurang
dan ada kesalahan dalam penulisan untuk dijadikan perbaikan di masa yang akan
datang agar dapat berupaya untuk menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Berk, L. E. (2000). Child
Development. 5th ed. Boston : Allyn and Bacon.
Schaefer, C.E. dan Millman, H.L.(1981). How to Help Childern
with Common Problem.
New York: Van Nastrand Reinhold Company.
Suran, B.G. & Rizzo, J,V.
(1979). Special Children: An Integrative Approach. London
Scott, Foresman and Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar