BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang
mengganggu kehidupan anak yang timbul karena ketidakselarasan pada
perkembangan. Pada anak pra sekolah prilaku yang dapat dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk
mengidentifikasi membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai
pada tingkat yang menghawatirkan.
Ada tiga kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat
apakah perilaku nonnormatif atau bermasalah, yaitu kriteria statistik
rata-rata, yaitu perkembangan rata-rata fisik seseorang yang sesuai dengan
norma statistik. Kriteria sosial adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang
dari aturan sosial suatu daerah, kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan
individu menyesuaiakan diri.
Perilaku yang dianggap meresahkan atau mengganggu diri
sendiri atau pun orang lain dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas terdapat rumusan masalah yaitu : " Bagaimana menangani anak
penakut?"
BAB II
DASAR
TEORI
A. Pengertian
Ketakutan adalah suatu reaksi emosi yang timbul karena
adanya ancaman yang ada di benaknya. Ungkapan perasaan ini dapat menyatakan
adanya ketidakseimbangan dalam jiwanya, misalnya menjadi cemas dan gugup, atau
juga menyatakan reaksi fisiknya seperti jantung yang berdebar cepat.
Kadang-kadang dengan hati yang penuh ketakutan dapat menghindarkan diri dari
bahaya dan menolong diri untuk tetap berusaha memiliki semangat hidup.
Rasa takut sendiri sebenarnya adalah hal normal, dan hal yang dapat dipahami. Justru rasa takut inilah yang membuat anak dan kita sendiri menjadi terhindar dari berbagai bahaya. Secara tidak sadar bahkan kita sebagai orang tua sering kali mengajarkan anak untuk takut. Sering kita berkata “ Awas nanti jatuh”, dengan berkata seperti itu sebenarnya kita mengajarkan anak untuk menggunakan rasa takutnya agar berhati-hati dalam melakukan sesuatu bahkan berhati-hati dalam segala hal.
Rasa takut sendiri sebenarnya adalah hal normal, dan hal yang dapat dipahami. Justru rasa takut inilah yang membuat anak dan kita sendiri menjadi terhindar dari berbagai bahaya. Secara tidak sadar bahkan kita sebagai orang tua sering kali mengajarkan anak untuk takut. Sering kita berkata “ Awas nanti jatuh”, dengan berkata seperti itu sebenarnya kita mengajarkan anak untuk menggunakan rasa takutnya agar berhati-hati dalam melakukan sesuatu bahkan berhati-hati dalam segala hal.
Ketakutan yang khas pada masa kanak-kanak meliputi
rasa takut terhadap gelap, takut ditinggalkan, takut terhadap suara keras,
penyakit, binatang, orang asing dan situasi yang tidak dikenal.
Menurut Schaefer dan Millman (1981), sumber ketakutan
pada anak ada 3 yaitu :
1. Luka fisik seperti racun, operasi, perang, dan
ketakutan yang diculik
2. Badai seperti
kejadian-kejadian alam, huru-hara, keadaan gelap, kematian.
3. Stres psikis seperti ujian
yang dihadapi, kesalahan yang dilakukan, kejadian-kejadian sosial,sekolah, dan
kritik.
B. Gejala Anak Penakut
Setiap anak memiliki rasa
takut,namun demikian ada rasa takut yang wajar ada yang perlu mendapat
perhatian. Jika rasa takut anak berlangsung lama, mengganggu kesehatan,
aktifitas, dan perilaku sehari-hari bertambah menurun kulitasnya, ini gejala
rasa takut yang serius.
Janet Hall ( tanpa tahun )
gejala umum yang nampak pada anak penakut adalah:
1. Gejala Psikis seperti: gangguan makan, tidur, perut,
sulit bernapas, dan sakit kepala.
2. Gangguan emosional seperti: rasa takut, sensitif,
rendah diri, ketidakberdayaan, bingung, putus asa, marah, sedih, bersalah.
3. Gejala tingkah laku seperti: gangguan tidur,
mengisolasi diri, prestasi kurang disekolah, agresi, mudah tersinggung,
menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda, dan terus berada
dikamar orang tua.
Guru dapat melakukan
beberapa cara untuk mengidentifikasi rasa takut anak antara lain: dengan
mengamati gerak gerik anak ketika melakukan aktifitas dikelas atau diluar
kelas. Misalnya anak sering minta ditemani untuk main ayunan, naik peluncur,
sering menangis atau menjerit-jerit dihalaman bermain sekolah. Jika disuruh
kedepan ia tidak bersedia mukanya pucat, tertunduk, dan tidak sanggup untuk
melihat wajah teman-teman dan akhirnya ia menangis.
C. Penyebab Anak Penakut
Rasa takut pada anak
berbeda-beda secara individual. Hasil penelitian mennunjukkan sejumlah factor
penyebab berbedanya rasa takut pada anak:
1. Intelegensi. Anak-anak yang memiliki tingkat
intelegensi yang tinggi menunjukkan ciri-ciri rasa takut yang kurang lebih sama
dengan anak lain yang lebih tua usianya.Sementara anak-anak yang terbelakang
mentalnya menunjukkan cirri rasa takut yang kurang lebih sama dengan anak-anak
yang lebih muda.
2. Jenis kelamin. Anak perempuan cenderung lebih takut
dibandingkan anak laki-laki. Hal ini diperkuat dengan lingkungan social yang
bersikap lebih menerima rasa takut yang diperlihatkan anak perempuan ketimbang
anak laki-laki.
3. Keadaan fisik. Anak-anak cenderung takut bila mereka
dalam keadaan lelah, lapar, atau kurang sehat.
4. Urutan kelahiran. Anak sulung cenderung lebih takut
ketimbang saudara-saudaranya yang lahir kemudian. Hal ini disebabkan karena
anak sulung sering kali mendapat perlindungan yang berlebihan dari orang tua.
5. Kepribadian anak. Anak yang kurang memperoleh rasa
aman cenderung lebih penakut.
Penyebab anak takut juga
bersumber dari:
1. Adanya contoh yang
dilihat anak. Contoh ini dapat dilihat melalui bacaan, nonton TV, bioskop, atau
ibu yang takut.
2. Trauma yang dialami
anak-anak seperti: tabrakan mobil, angin topan, bencana alam, opname, dan
terkaman anjing.
3. Pola asuh orang tua yang
menghidupkan rasa takut anak seperti: paksa, hukuman, ejekan, ketidak
perdulian, dan perlindungan diluar batas.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Identitas Anak
Nama Lengkap : Andynka Muhammad Farrel
Nama Panggilan : Farrel
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ Tanggal Lahir : Kediri, 13 Desember 2007
Anak ke : 1( satu )
Agama : Islam
Alamat : PERUM PUSPITA Bengkuring Blok AI no 07
Kelas : B
Sekolah : TK IT Insan Cita Madani
2. Identitas
Orang Tua
a. Ayah Kandung
Nama Ayah : Efendi
Tempat/ Tanggal Lahir : Samarinda, 08 Maret 1983
Agama
: Islam
Pendidikan
: STM
Pekerjaan : Swasta
b. Ibu Kandung
Nama ibu : Dina Purwati
Tempat/ Tanggal Lahir : Kediri, 20 April 1986
Agama : Islam
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan : ibu rumah tangga
5
3. Kondisi Sosial/
Ekonomi
a. Sosial
Dalam berhubungan dengan masyarakat sangat kurang. Karena
ayah sibuk berkerja pulang kerja jam 21.00 terus istirahat dan ibu melakukan
pekerjaan seorang ibu rumah tangga.
b. Ekonomi
Untuk
ekonominya cukup.
4. Riwayat Anak
a. Riwayat kelahiran
Kehamilan
Pernah mengalami keguguran sebelumnya? Tidak
Apakah mengalami stress pada saat hamil ? Ya. Setiap
mendengar suara Keras takut
Apakah pernah jatuh pada saat hamil? Tidak
Apakah pernah mengajak berbicara pada bayi yang dikandung? Tidak
Pernahkah mendengarkan musik pada bayi yang dikandung? Tidak
Pernahkah pergi ketempat rekreasi pada saat mengandung? Tidak
Kelahiran
Umur kandungan saat lahir : 9 bulan 6 hari
Saat kelahiran dengan cara : normal
Tempat kelahiran : dirumah bidan( jetis )
Ditolong oleh : bidan
Berat bayi
: 3.6 kg
b. Riwayat Makanan
Minum ASI hingga umur : 1 Tahun
Minum susu kaleng hingga umur : 5 Tahun
Dari umur berapa susah makan : 3 Tahun
Apakah anak pernah makan chiki/ makanan ringan : Sering
6
c. Riwayat
Perkembangan Fisik
Telungkup: 8 bulan; Duduk: 11 bulan; Berdiri: 1 tahun 2
bulan; Berjalan: 1 tahun 9 bulan: Berbicara kata pertama: 1 tahun 9 bulan
d. Faktor social dan personal
Hubungan dengan teman : Kurang
Sikap orang tua terhadap anak : Baik
Sikap terhadap masalah belajar didalam kelas : baik
Sikap terhadap pelajaran yang berada diluar kelas : Kurang
e. Riwayat Pendidikan
Masuk TK Umur: 4 Tahun
Kesulitan
Anak : Penakut( takut pada kegiatan
diluar kelas missal: berisik,ada acara ultah temannya dan pada
saat ada keramaian diamana saja )
Sikap
anak terhadap guru : baik
B. Sintesis
Dari data diatas, sesuai dengan pengamatan
penulis, sintesis yang diperoleh mengenai Muhammad Farrel adalah bahwasanya,
dia berasal dari keluarga yang berada
dikalangan ekonomi atas artinya dia hidup sangat berkecukupan dan ia sangat
disayang didalam keluarganya, kerena dia merupakan anak satu-satunya keluarga
bapak X dan ibu Y. Kehidupan dalam keluarga bapak dan ibu tersebut terlihat
sangat bahagia dikarenakan adanya seorang anak laki-laki yang baik dan penurut.
Akan tetapi, karena sifat dan perilaku kedua orang tuanya yang suka melarang
anak untuk keluyuran,selalu menyuruhkan anaknya untuk berdiam dirumah saja,dan
bersifat keras ternyata fareel membawa dampak negatif. Sehingga farrel
mempunyai rasa takut yang yidak sesuai dengan kondisi fisiknya.
Dalam kenyataanya Farrel lebih suka
ditempat-tempat yang sunyi,dan takut kepada suara-suara keras. Sehingga keadaan
inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang dialami oleh Muhammad
Farrel
C. Diagnosis
Berdasarkan sistesis diatas, dapat penulis
mendiagnosis faktor dari penakut dari
Muhammad Farrel dikarenakan oleh faktor eksternal.
1. Lingkungan Keluarga
Yaitu suatu kebiasaan didalam lingkungan
keluarganya didalam mendidik seorang anak diharuskan seperti itu. Karena
seorang ayah juga bersifat keras dan takut terjadi sesuatu kepada anak jika
dibiarkan untuk bermain keluar, maka anak yang terkena imbasnya.
2. Lingkungan Sosial
Yaitu factor kedua yang menjadi penyebab rasa
ketakutan Muhammad Farrel tambah menjadi dikarenakan cara bersosialisasi di
lingkungan itu tidak efektif, banyak warga disekitar situ terlalu sibuk dengan
perkerjaan masing sehingga masyarakat disekeliling kurang untuk berkomunikasi.
D. Proknosis (langkah awal)
Ada beberapa langkah yang dilakukan penulis yaitu
mencoba melakukan Pendekatan terhadap anak lalu penulis mengajak anak untuk
berbicara mengenai hal yang takutinya, penulis memberikan gambaran kepada anak
mengenai yang ditakutinya dengan menceritakan kepada anak bahwasanya disuatu
acara itu seru dan mengaksikan, karena ditempat acara itu orang
bersenanga-senang dengan bernyayi, bertepuk tangan dan bergembira.
Dikemudian hari penulis mengajak anak untuk
melihat sebuah pesta ulang tahun anak kepala desa yang dilaksanakan dengan
sangat meriah dan dipenuhi dengan banyak anak kecil serta dengan suara
lagu-lagu anak yang berbunyi begitu keras. Penulis meminta anak untuk mengamati
dari kejauhan, lalu penulis menjelaskan bahwa didalam pesta itu anak-anak pada
bersenang-senang,bergembira,bernayayi bersama, dan ada banyak balon yang
bergelantungan. Secara tidak langsung anak pasti membayangkan hal-hal yang seru
didalam sana. Setelah itu penulis mengajak anak untuk berpartisipasi pada acara
tersebut secara perlahan anak itu mau mendekat walau hanya berada di luar acara
namun anak udah ada keberanian.
Pada hari selanjutnya penulis dan kedua orang
tuanya mengadakan sebuah acara yang dimana anak itu seakan-akan berulang tahun,
seperti biasanya pada pesta ulang tahun banyak anak-anak yang
bernyayi,bergembira bersama-sama, penulis lalu mengajak anak itu untuk
bergabung dan memberi tahu anak itu bahwasanya ini pesta ulang tahunnya.
Pertama anak merasa amat ketakutan tetapi sang penulis tetap berada
disampingnya untuk memberikan bimbingan dan arahan demi berjalanya sebuah pesta
tersebut. Setelah itu penulis memerintahkan kepada anak-anak untuk menyanyikan
lagu tiup lilin untuk sang anak yang takut tersebut, secara perlahan anak itu
merasa senang dan ikut bernyayi dan bergembira bersama. Meskipun, anak tidak
mau untuk ditinggal sendiri, pada akhirnya anak itu mempunyai sedikit perubahan
walaupun masih didampingi orang-orang yang dekat dengannya.
E. Treatment
Sebagai guru, salah satu bentuk penanganan yang
dapat kita lakukan adalah menjadi mode yang baik untuk anak. Dengan modeling,
anak mengamati bagaimana anda berintraksi secara adaptif dengan objek yang
ditakutinya. Yang paling efektif adalah participatory modeling, artinya anak
bergabung dengan model untuk mendekati objek yang ditakuti secara perlahan,
setelah melalui priode mengamati.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan
secara sengaja mendekatkan anak dengan objek yang ditakutinya. Cara tersebut
dapat dilakukan dalam beberapa langkah. Pertama anak dapat kita ajak untuk
melihat sebuah tempat yang ditakutinya, misalnya pada tempat ulang tahun
temannya, dalam jarak yang cukup jauh sementara anak membayangkan hal hal-hal
yang disenangi. Secara berangsur-angsur, jarak antara anak dengan objek
diperdekat hingga pada akhirnya anak berani. Bahkan ikut serta dalam acara
tersebut yang semula ditakutinya. Selain mengajak anak secara langsung untuk
ikut serta pada sebuah acara yang ditakutinya. Anak pada awalnya dapat pula
kita perlihatkan gambar yang berhubungan dengan objek yang ditakutinya.
Selenjutnya, jika anak sudah tidak takut lagi terhadap gambar objek tersebut,
kita ajak anak untuk langsung berpartisipasi pada acara tertentu, secara
perlahan anak mempunyai kebernian walaupun anak hanya sebentar ikut
berpartisipasi dalam acara tersebut.
F. Diskusi
Menurut Siska Nurhasanah farel termasuk tipe anak yang PLEGMATIS kerena memiliki
sifat yang penakut , kerena ketekutan yang dialami farel terjadi kesalahan pada
pola asuh orang tuanya yang tidak membiasakan farel untuk bermain di luar rumah
bersama teman sebayanya.
padahal yang kita tau bermain adalah dunia anak yang harus dialami oleh semua
anak. kerena dengan bermain anak akan mendapatkan pengalaman yang akan membuat
anak merasa percaya diri. anak plegmatis ini lebih suka menjadi penoton dari
pada terlibat ketika bermain.
Menurut Auliana Istiqamah Menurut saya Farrel
termasuk tipe anak yang PLEGMATIS karna sifatnya yang cenderung penakut, sifat
tersebut dampak dari sikap negatif yang di berikan oleh orang tua si anak..Anak
Plegmatis cenderung penakut dan memiliki rasa khawatir yang berlebihan dan
tidak suka berkumpul di tempat keramaian
Menurut Maulida Astuti apa
yang dialami farrel adalah merupakan kesalahan pola asuh, yang tidak disadari
dan dipahami oleh orang tuanya, bahwa kebiasan pola mendidik mereka yang seperti
demikian sangat berpengaruh buruk pada kepribadian anak mereka,itulah mengapa
dibutuhkan kepekan cita rasa jiwa pendidik dari setiap orang tua sangat
dibutuhkan sebagai peneliti seluruh aspek perkembangan setiap buah hati mereka.
Menurut Fitrisia Elmi apa
yang dialami farel merupakan kurang nya perhatian terhadap anak sehingga anak
merasa sendiri gak ada perhatian orang tua atau penjelasan tentang apa yang
ditakuti anak sehingga anak terus merasa ketakutan.
Menurut Adawiyah apa yang
dialami farel ada kesalahan dari pola asuh orang tua yang terlalu melarang
farel untuk melakukan aktivitas bermain di luar rumah sehingga farel menjadi
anak yang penakut.
Menurut Ria Andriati Farel
adalah anak yang memiliki tipe kepribadian Plegmatis. Hal ini dapat dilihat
dari sifat dominan yang dimiliki oleh Farel Penakut, dan cenderung khawatir
bila berada di tempat ramai. Hal ini diakibatkan oleh tipe pengasuhan orangtua
Farel yaitu ayahnya yang cenderung otoriter.
Menurut Herliana sendiri Farel termasuk anak plegmatis karena polas asuh yang kurang tepat, sehingga dia kurang banyak teman dan kurang berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Herliana sendiri Farel termasuk anak plegmatis karena polas asuh yang kurang tepat, sehingga dia kurang banyak teman dan kurang berkomunikasi dengan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak usia taman kanak-kanak sudah mulai banyak
bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu permasalahan yang
dihadapi anak-anak usia dini atau taman
kanak-kanak sebaiknya ditangani seawal mungkin agar tidak mengganggu
perkembangan anak pada tahap selanjunya. Proses bimbingan dan arahan saat
anak usia dini atau taman kanak-kanak mengalami masalah bisa menjadi pengalaman
yang berharga bagi anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Permasalahan anak tidak hanya menjadi tanggung
jawab guru disekolah saja, tetapi juga harus ada kerjasama dengan orang tua dan
masyarakat. Dengan adanya penanganan sedini mungkin diharapkan permasalahan anak tersebut tidak akan
menghambat perkembangan pada tahapan kehidupan lebih lanjut.
B. Saran
Pada usia dini anak memerlukan bimbingan dari
orang dewasa disekitarnya. Dalam hal ini yang sangat bertanggung jawab adalah
orang tua, dimana orang tua harus bisa membimbing dan mengarahkan anak agar
memiliki sifat yang baik dan anak diberikan kebebasan untuk bermain sehingga
anak dapat terbiasa dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Rosmalia. 2005. Berbagai Masalah Anak.Jakarta: Diknas
Hindayani, Rini. 2007. Penanganan Anak Berkelainan. Jakarta: Universitas Terbuka
Menerobos Dunia Anak Pengarang: Dr. Mary Go
Setiawani Halaman: 123 – 127, Penerbit: Yayasan Kalam Hidup Kota: Bandung
Tahun: 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar