BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakag
Dasarnya masa prasekolah adalah
masanya tumbuh dan berkembang.dimana usia prasekolah bekisar antara
4-6tahun.masa tersebut adalah masa untuk mereka bermain sambil belajar.dengan
bermain akan terbentuk karakteristik anak itu sendiri.namun seiring dengan
berkembangnya anak,mereka akan sering menghadapi gangguan, yang merupakan
masalah didalam fase hidupnya.ketika anak memasuki 3-7tahun prilaku agresif
sebagian dari tahapan berkembangnya mereka. Prilaku agresif adaah prilaku yang
di tunjukan untuk menyerang,melawan orang lain baik secara fisik maupun secara
verbal.prilaku agresif di anggap sebagai gangguan prilaku bila terbentuknya
prilakunya luar biasamenggangu,bersifat kronis,menetap kepada seseorang dan
prilaku tidak dapat diterima oleh norma sosial atau budaya.sebagai seorang guru
sangat penting mengetahui bagaimana cara menangani anak agresif di sekolah
karena dapat membahayakan teman sebayanya.dengan harapan guru dapat memberikan
bimbimbingan bagi anak agresif di taman kanak-kanak adalah dengan menghilangkan tingkah laku yang
tidak dikehendaki . Agar anak agresif mampu mengurangi sikap-sikapnya dapat
menggangu didalam proses pemblajaran
B. Rumusan masalah
a)
Bagai
mana proses pengumpulan data tentang analisis ?
b)
Bagai
mana kesimpulan sementara berdasarkan analisis anak ?
c)
Bagai
mana menemukan penyebab pertama tentang penyebab utama ?
d) Bagai mana langkah awal yang dilakukan berdasarkan
diaknosis ?
e)
Bagai
mana penanganan nya tentang yang dianalisis ?
BAB II
DASAR TEORI
Teori menurut agustiansyah, mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan
sifat bawaan, sedangkan ahli yang lain memandang karena adanya lingkungan.
Berbagai pandangan tersebut diuraikan berdasarkan minat pada bidang yang
ditekuninya. Di bawah ini akan dijelaskan dalam beberapa teori tentang perilaku
agresif, yaitu:
Freud (Barbara, 2005) dengan teorinya berpandangan bahwa perilaku individu didorong oleh dua kekuatan dasar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sifat kemanusiaan, yaitu perilaku agresif itu berasal dari insting mahluk hidup yang pada dasarnya pada diri manusia terdapat dua macam insting, yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanatos).
Insting kehidupan terdiri atas insting reproduksi atau insting seksual dan insting- insting yang ditujukan untuk pemeliharaan hidup, sedangkan insting kematian memiliki tujuan untuk menghancurkan hidup individu (Hudaniyah dan Dayakisni, 2003).
Dalam teori ini perilaku agresif merupakan ekspresi dari adanya insting kematian. Insting inilah yang menjadi patokan untuk menjelaskan adanya beberapa bentuk tingkah laku agresif seperti peperangan ataupun bunuh diri. Freud (Baron dan Byrne, 2000) beranggapan bahwa insting mati yang dapat menjelaskan perilaku agresif mempunyai sifat katarsis atau pelepasan ketegangan yang dapat merugikan masyarakat.
Senada dengan pendapat di atas Ardrey (dalam Hudaniyah dan Dayakisni, 2003) mendasarkan pada teori evolusi Darwin dalam penelitiannya tentang perilaku agresif, berpendapat manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperativ dan dengan killing imperative ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan menggunakan senjatanya itu untuk membunuh apabila perlu. Tetapi manusia memiliki mekanisme pengendalian kognitif yang mengimbangi “keharusan” membunuh salah satunya yaitu nurani yang memainkan peranan dalam menghambat agresi. Manusia telah diprogram (melalui evolusi) untuk mengancam, berkelahi, bahkan membunuh jika perlu untuk mempertahankan teritorialnya. Oleh karena itu terdapat keccenderungan manusia bersifat damai hanya terhadap orang lain dalam kelompoknya saja. Sebaliknya memusuhi orang di luar kelompoknya dan ingin menghancurkannya untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya.
Freud (Barbara, 2005) dengan teorinya berpandangan bahwa perilaku individu didorong oleh dua kekuatan dasar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sifat kemanusiaan, yaitu perilaku agresif itu berasal dari insting mahluk hidup yang pada dasarnya pada diri manusia terdapat dua macam insting, yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanatos).
Insting kehidupan terdiri atas insting reproduksi atau insting seksual dan insting- insting yang ditujukan untuk pemeliharaan hidup, sedangkan insting kematian memiliki tujuan untuk menghancurkan hidup individu (Hudaniyah dan Dayakisni, 2003).
Dalam teori ini perilaku agresif merupakan ekspresi dari adanya insting kematian. Insting inilah yang menjadi patokan untuk menjelaskan adanya beberapa bentuk tingkah laku agresif seperti peperangan ataupun bunuh diri. Freud (Baron dan Byrne, 2000) beranggapan bahwa insting mati yang dapat menjelaskan perilaku agresif mempunyai sifat katarsis atau pelepasan ketegangan yang dapat merugikan masyarakat.
Senada dengan pendapat di atas Ardrey (dalam Hudaniyah dan Dayakisni, 2003) mendasarkan pada teori evolusi Darwin dalam penelitiannya tentang perilaku agresif, berpendapat manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperativ dan dengan killing imperative ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan menggunakan senjatanya itu untuk membunuh apabila perlu. Tetapi manusia memiliki mekanisme pengendalian kognitif yang mengimbangi “keharusan” membunuh salah satunya yaitu nurani yang memainkan peranan dalam menghambat agresi. Manusia telah diprogram (melalui evolusi) untuk mengancam, berkelahi, bahkan membunuh jika perlu untuk mempertahankan teritorialnya. Oleh karena itu terdapat keccenderungan manusia bersifat damai hanya terhadap orang lain dalam kelompoknya saja. Sebaliknya memusuhi orang di luar kelompoknya dan ingin menghancurkannya untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANAK YANG PEMALU
1. Analisis :
Nama lengkap : yuni aryani
Nama panggilan : yuni
Jenis kelamin :perempuan
Tempat tanggal lahir
:cibadak,3 mei 2011
Agama :islam
Alamat
:jln.harva No.56
Usia : 3
tahun
Anak ke- : 2 dari
3 saudara
Kelas : B
Identitas orang tua
Nama ayah : yadi
Pendidikan :SMA
Pekerjaan ayah : PNS
Nama ibu : nurul
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ibu : ibu
rumah tangga
2. Sintesis : dianggap perilaku agresif adalah perilaku yang ditunjukan
untuk menyerang,menyakiti atau melawan orang lain,baik secara fisik maupun
verbal.jadi bisa berbentuk pukulan,tendangan,dan perilaku fisik lain nya.bentuk
perilaku luar biasa,buka hanya berbeda dari perilaku yang
biasa.misalnya,memukul itu termasuk perilaku yang biasa,tetapi bila setiap
ungkapan,tidak setuju dengan memukul,maka perilaku tersebut dapat
diindentikasikan sebagai perilaku agresif.
3. Diaknosis : perilaku agresif lebih bersifat verbal maupun
nonverbal.bentuk-bentuk perilaku agresif yang biasa nya tampak adalah
memukul,berkelahi,berteriak tidak mau mengikuti perintah dan
permintaan,menangis,atau merusak.
Perilaku agresif semacam ini biasanya diperkuat dengan didapatkan
penguatan dari lingkungan berupa status-dianggap hebat oleh teman sebaya,atau
didapatkan nya sesuatu yang diinginkan,termasuk melihat teman nya menangis
karena dipukul oleh nya.
4. Prognosis :
A. Faktor biologis
Emosi dan prilaku dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik,neorologis atau biokimia juga kombinasi dari
ketiganya.
Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang
menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya,meskipun tempramen dapat
berubah sesuai pengasuhan.selain itu,penyakit kekurangan gizi,bahkan cidera
otak,dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi dan tingkah laku
B. Faktor keluarga
- Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisten
-sikap permisip orang tua,yang berasalnya dari orang tua yang merasa
tidak dapat efektif untuk menghentikan prilaku menyimpang anaknya sehingga
cendrung membiarakan saja atau tidak mau tau.sikap primisip ini membuat prilaku
agresip cendrung menetap.
-sikap yang keras dan penuh tuntutan
- gagal membirkan hukuman yang tepat,sehingga hukuman justru menimbulkan
sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan prilaku agresif anak
-memberi hadiah kepada prilaku agresif atau memberikan hukuman untuk
prilaku prososial.
- kurang memonitor dimana anak-anak berada.
- kurang memberiakan aturan
- gagal menjadi model yang baik dalam membiasakan perilaku prososial dan
keterampilan dalam memecahkan masalah,sehingga anak mencontoh apa yang mereka
lihat dari orang tua nya.
C. Faktor sekolah
D. Faktor budaya
5. Tritmen : penanganan terhadap masalah perilaku
agresip dapat dilaku kan secara menyeluruh,arti nya semua pihak harus
terlibat,termasuk guru,murid,dan lingkungan sekitar nya.
Karena kelemahan anak agresif adalah ketika membuat menguasai
ketrampilan sosial,maka diharapkan orang tua dan guru dapat mengajarkan
bagaimana cara menanggapi persaan orang lain dan perasaan dirinya sendiri serta
prilaku yang tepat dalam bertingkah laku dalam suatu lingkungan,misalnya dengan
cara melatih mengungkapkan perasaan yang
dirasakan,senang,sedih,marah,gembra,dan perilaku seperti teman yang mengambil
barang tanpa meminta izin.teknik lainnya mengatasi agresif dengan menampilkan
tingkah laku positif sebagai model merespon prilaku agresif dan membantu anak
berlatih menampilkan prilaku non agresif.menerapkan hukuman merupakan pilihan
mengatasi prilaku agresif yang terjjadi.guru dan orang tua harus memahami dan
membantu anak yang menjadi korban.dukungan yang paling baik adalah dengan
mengembangkan perasaan bahwa anak yang menjadi korban prilaku agresif
sebenarnya bisa mempertahankan dirinya sendiri.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prilaku agresif adaah prilaku
yang di tunjukan untuk menyerang,melawan orang lain baik secara fisik maupun
secara verbal.prilaku agresif di anggap sebagai gangguan prilaku bila
terbentuknya prilakunya luar biasamenggangu,bersifat kronis,menetap kepada
seseorang dan prilaku tidak dapat diterima oleh norma sosial atau
budaya.sebagai seorang guru sangat penting mengetahui bagaimana cara menangani
anak agresif di sekolah karena dapat membahayakan teman sebayanya.dengan
harapan guru dapat memberikan bimbimbingan bagi anak agresif di taman
kanak-kanak adalah dengan menghilangkan
tingkah laku yang tidak dikehendaki . Agar anak agresif mampu mengurangi
sikap-sikapnya dapat menggangu didalam proses pemblajaran.
B. SARAN
Sebagai guru kita harus menjaga
dan mengawasi anak yang agresif dengan penuh rahma agar anak merasa disayangi
dan diperhatikan oleh guru nya,tetapi kita sebagai guru juga hharus sabar untuk
mendidik anak yang agresif.